M. Haris yang menceritakan semangat menabung di tengah pandemi |
“Dimase pandemi Covid-19 ini kami anggota khususnya di Desa Pangkalan Telok, Alhamdulilah masih aktif menabung dan mengangsur, apegik yang kita bekerja di perusahaan ini kan perusahan pun belum ada ngurangi hari kerja, semoge ginik teroslah”, harap M. Haris salah satu anggota Credit Union Pancur Solidaritas (CUPS) di TP. Nanga Tayap.
Diakui memang pandemic ini membawa dampak di berbagai sendi kehidupan masyarakat. Mulai dari ekonomi, keagamaan, relasi sosial dan budaya serta hal lainnya. Misalnya di bidang ekonomi ketidaklancaran distribusi barang sembako tentu berpengaruh pada ketersediaan barang dan naiknya harga barang-barang tersebut.
Sementara itu di sisi pendapatan untuk beberapa profesi memang mengalami penurunan. Misalnya penoreh karet karena jatuhnya harga karet yang merupakan komoditi perkebunan rakyat, maka berpengaruh pada pendapatan mereka. Namun warga juga banyak yang memiliki varian sumber pendapatan lainn yang akhirnya dapat tetap menunjang perekonomian keluarga.
Menariknya, walau ada kendala tersebut banyak anggota-anggota yang tergabung dalam lembaga pemberdayaan ekonomi kerakyatan seperti CUPS tetap aktif menabung dan mengangsur. “Ya saya masuk CUPS sejak tahun 2005, secara tak sadar setiap bulan kita dipaksa menabung, nah saat ini, hal ini menjadi kebiasaan, jadi kalo nggak nabung ada yang kurang, menabung pun tentu tidak harus besar, tapi rutin dan menjadi budaya”, seru Haris kembali yang berprofesi sebagai nahkoda kapal yang menyebrangkan kendaraan perusahaan melewati aliran sungai Pawan.
“Ya, tentu manfaat pelatihan secara terus menerus dan berkesinambungan yang lembaga lakukan untuk anggota sangat terasa manfaatnya seperti saat ini, misalnya anggota rutin menabung seperti pak Haris, yang mana juga beliau mengelola puluhan orang juga di Pangkalan telok untuk menabung, minimal mereka siap dana darurat, nah di masa seperti ini terasa sekali manfaat dana darurat yang mereka tabung dapat digunakan atau dimanfaatkan”, ujar Nikosius Eri yang juga Koordinator TP. Nanga Tayap.
“Kalo menabung itu sudah menjadi budaya dan karakter kita, yang jelas jika ada keperluan kita ndak susah agik”, ujar M. Haris kembali.
Credit Union sendiri adalah sebuah gerakan pemberdayaan yang tidak hanya meng-edukasi masyarakat untuk merencanakan masa depan finansial mereka, namun lebih dari itu juga dilakukan penguatan dan peningkatan kapasitas serta pola pikir masyarakat. Gerakan dengan berbadan hukum koperasi ini pun terbukti telah mampu melewati masa krisis ekonomi misalnya saat tahun 2005 dan 2008 silam.
“Kekuatan kita ada pada anggota, yang diperkuat dengan lima pondasi yakni pendidikan, swadaya, solidaritas, inovasi dan kesatuan, jadi kesolid-an kita hingga saat ini tentu karena dukungan anggota semua”, pungkas Eri kembali.
Pandemi Covid-19 yang melanda ini tentu diharapkan segera berakhir, sehingga warga dapat beraktivitas kembali seperti biasa sehingga geliat ekonomi pun kembali pulih seperti semula. Kebersamaan sosial yang diekspresikan lewat gerakan Credit Union menjadi salah satu bentuk kekuatan pondasi ekonomi di kampung-kampung tanpa terkecuali. (Vig-JWKS)
Diakui memang pandemic ini membawa dampak di berbagai sendi kehidupan masyarakat. Mulai dari ekonomi, keagamaan, relasi sosial dan budaya serta hal lainnya. Misalnya di bidang ekonomi ketidaklancaran distribusi barang sembako tentu berpengaruh pada ketersediaan barang dan naiknya harga barang-barang tersebut.
Sementara itu di sisi pendapatan untuk beberapa profesi memang mengalami penurunan. Misalnya penoreh karet karena jatuhnya harga karet yang merupakan komoditi perkebunan rakyat, maka berpengaruh pada pendapatan mereka. Namun warga juga banyak yang memiliki varian sumber pendapatan lainn yang akhirnya dapat tetap menunjang perekonomian keluarga.
Menariknya, walau ada kendala tersebut banyak anggota-anggota yang tergabung dalam lembaga pemberdayaan ekonomi kerakyatan seperti CUPS tetap aktif menabung dan mengangsur. “Ya saya masuk CUPS sejak tahun 2005, secara tak sadar setiap bulan kita dipaksa menabung, nah saat ini, hal ini menjadi kebiasaan, jadi kalo nggak nabung ada yang kurang, menabung pun tentu tidak harus besar, tapi rutin dan menjadi budaya”, seru Haris kembali yang berprofesi sebagai nahkoda kapal yang menyebrangkan kendaraan perusahaan melewati aliran sungai Pawan.
“Ya, tentu manfaat pelatihan secara terus menerus dan berkesinambungan yang lembaga lakukan untuk anggota sangat terasa manfaatnya seperti saat ini, misalnya anggota rutin menabung seperti pak Haris, yang mana juga beliau mengelola puluhan orang juga di Pangkalan telok untuk menabung, minimal mereka siap dana darurat, nah di masa seperti ini terasa sekali manfaat dana darurat yang mereka tabung dapat digunakan atau dimanfaatkan”, ujar Nikosius Eri yang juga Koordinator TP. Nanga Tayap.
“Kalo menabung itu sudah menjadi budaya dan karakter kita, yang jelas jika ada keperluan kita ndak susah agik”, ujar M. Haris kembali.
Credit Union sendiri adalah sebuah gerakan pemberdayaan yang tidak hanya meng-edukasi masyarakat untuk merencanakan masa depan finansial mereka, namun lebih dari itu juga dilakukan penguatan dan peningkatan kapasitas serta pola pikir masyarakat. Gerakan dengan berbadan hukum koperasi ini pun terbukti telah mampu melewati masa krisis ekonomi misalnya saat tahun 2005 dan 2008 silam.
“Kekuatan kita ada pada anggota, yang diperkuat dengan lima pondasi yakni pendidikan, swadaya, solidaritas, inovasi dan kesatuan, jadi kesolid-an kita hingga saat ini tentu karena dukungan anggota semua”, pungkas Eri kembali.
Pandemi Covid-19 yang melanda ini tentu diharapkan segera berakhir, sehingga warga dapat beraktivitas kembali seperti biasa sehingga geliat ekonomi pun kembali pulih seperti semula. Kebersamaan sosial yang diekspresikan lewat gerakan Credit Union menjadi salah satu bentuk kekuatan pondasi ekonomi di kampung-kampung tanpa terkecuali. (Vig-JWKS)