dr. Margaretha Indah yang juga Direktur RS. Fatima memaparkan apa itu Fase New Normal |
Pemaparan Presentasi |
Sabtu, 13 Juni 2020 bertempat di ruang rapat CUPS, kami mendengar sosialisasi dan pemaparan dari dokter Margaretha Indah yang juga Direktur RS. Fatima Ketapang. Topik siang itu mengenai apa itu fase new normal serta bagaimana strategi menjalaninya. Kita tahu akhir-akhir ini kita sering mendengar fase new normal. Namun banyak kita belum mengetahui secara utuh tentang hal itu. Terlihat banyak tempat usaha dan keramaian serta aktivitas warga yang mengabaikan protocol kesehatan seakan-akan situasi saat ini sudah normal kembali. Pada kesempatan ini JWKS mencoba menyampaikan beberapa hal penting yang dipaparkan langsung oleh dokter Indah.
Ada beberapa hikmah dibalik pandemi yang terjadi saat ini. Ada keinginan yang kuat untuk kita saling berbagi, entah itu alat penunjang kesehatan, hand sanitizer, masker, sembako dan juga berbagi ilmu lewat edukasi.
Yang harus menjadi perhatian kita semua adalah bahwa kita sebenarnya belum siap untuk ke fase new normal, karena apa? Karena memang gelombang pertama dari pandemi ini belum selesai. Di beberapa negara di dunia data pandemi ini telah membentuk membentuk curva (melengkung ke bawah/cenderung flat). Di kita, Indonesia pandemi ini masih naik-naik ke puncak gunung.
Namun kita di dunia Kesehatan juga tidak hanya memandang fisik saja tetapi bagaimana aspek sosial, keagamaan, aspek ekonomi juga harus diperhatikan. Bagaimana bila ekonomi tidak berjalan juga artinya menimbulkan masalah juga. Makanya kita tidak bisa ego, namun bagaimana ekonomi berjalan tetapi protokol kesehatan juga dijalankan.
Pengertian Pandemi sendiri adalah wabah penyakit yang hampir diderita diseluruh dunia. Ini mengingatkan kita 100 tahun yang lalu ada flu spanyol. Sama seperti saat ini, waktu terjadi flu spanyol tindakan yang dilakukan juga mengenakan masker, jaga jarak dan stay at home. Juga ada bagian penting rencana apa yang harus dilakukan kembali ke suatu ke-normalan. Pada tahun 2008 saat krisis ekonomi melanda ada istilah the new normal yang menitikberatkan pada kebangkitan dari keterpurukan ekonomi.
Jadi new normal sendiri adalah bagian strategi khusus menghadapi pandemi dengan mengadakan perubahan kebiasaan/budaya individu dan institutusi. Perlu diingat kembali ada potensi gelombang 1, gelombong 2, dan bolak balik (multiple wave).
Kemarin kita melakukan stay at home, namun kurang ada edukasi terhadap perubahan prilaku terkait menghadapi pandemi ini yang menuntut kedisiplinan. Cara mengatasi pandemi ini sebenarnya mudah yakni dapat dengan sabun. Ini butuh kerendahan hati kita, tapi permasalahannya prilaku kita cuci tangan, jaga jarak, pakai masker, ini yang sulit atau belum menjadi kebiasaan atau budaya. Maka penting ada edukasi dan peran dari kita semua secara berkesinambungan.
Perlu diedukasi juga sebenarnya bagaimana sih covid 19 cara menularnya? bagaimana dunia usaha buka kembali? Bagaimana bila pendidikan buka lagi? Apa yang mesti disiapkan? Edukasi ini belum maksimal. Kita lihat orang beraktivitas tanpa masker, berkerumun artinya ini belum berhasil.
Fase new normal ini sebenarnya mengajak kita lebih bersih, lebih sehat dan lebih beradab. Tanpa kita sadari bahwa dengan pandemi ini, kita diajak untuk berubah agar melindungi diri kita dari virus atau penyakit yang lain, apakah itu flu, diare, difteri dan lain-lain, dengan apa? yakni dengan prilaku hidup sehat yang mungkin sebelum pandemi ini kita tidak terlalu perhatian.
New normal adalah bagaimana kita memotivasi diri kita, institusi kita, komunitas kita dan masyarakat kita. Misalnya untuk saat ini naik pesawat atau bepergian, jalan sana-sini, ke pusat keramaian, sebenarnya penting nggak? Ini kembali ke diri kita.
Mengapa new normal? Kita harus belajar dari ebola yang vaksinnya baru ditemukan 5 tahun belakangan. Nah kita tidak tahu kapan berakhirnya pandemi ini, sementara kehidupan kita juga harus berjalan, the live must go on.
Virus ini awalnya Zoonosis, ditularkan dari binatang misalnya kelelawar dan musang, pindah ke manusianya lewat ke pemasaknya lalu ke konsumen pemakannya. Kembali, hal ini mengingatkan kita bahwa makanlah hewan-hewan yang dipelihara, yang tak biasa ya harus menjadi perhatian kita. Kembali saya mengingatkan hidup bersih, hidup sehat dan hidup lebih beradab.
Tugas kita mari kita lewati pandemi ini dengan kurva yang flat dengan melakukan protokol kesehatan. (physical distancing, masker, cuci tangan). Siapa yang punya peran? ya kita semua. Garda terdepan adalah kita yang di masyarakat sebagai individu, bukan orang kesehatan artinya kita warga semua di lapangan itulah garda terdepan yang sebenar-benarnya. Orang kesehatan itu kalo udah ketemu kami berarti sudah di fase gawat. RS termasuk di kami, selama ini hanya disiapkan untuk disaster/kebencanaan. Kita belum siap bila kita berhadapan dengan pandemi ini. Bagaimana kita bekerja menyelamattkan orang dengan resiko terpapar yang tinggi.
Penting mengenali siapa sih musuh kita. Bagaimana karakteristik Covid 19 ini, bagaimana mengatasinya. Riset menunjukkan negara-negara yang tidak menggunakan masker peningkatan kasusnya tinggi, sementara negara yang disiplin menganjurkan warganya pakai masker, kurva pandemic ini lebih lambat.
Riset tentang jaga jarak juga misalnya, negara yang menerapkan jaga jarak tingkat infeksinya cenderung lambat dibandingkan negara yang tak terlalu disiplin menerapkan jaga jarak. Indonesia harus belajar dari hal ini. Bagaimana kita menjalankan bisnis tapi patuh dan disiplin pada protokol kesehatan.
Sistem kegawatan daruratan suatu daerah :
1. System surveilence harus valid
2. Sistem kesehatan bisa mendeteksi, tracing, isolating dan treatment
3. Seandainya bila kita gagal terjadi out break, negara siap tidak, belajar dari Italia maka RS akan mendahulukan/memprioritaskan pasien yang memiliki harapan hidup yang lebih tinggi saat terjadi out break.
4. Adanya infrastruktur protokol kesehatan yang disiapkan tempat cuci tangan, hand sanitizer face shield. Pastikan pekerja kita siap dan berprilaku sehat.
5. bagaimana me-manage kasus impor. Nah, sekarang kita sudah masuk transmisi lokal.
6. Masuk strategi new normal. Edukasi pada individu, komunitas dan institusi
Titik berat kita pada edukasi dan kampanye penerapan protokol kesehatan khususnya pada pencegahannya. Maka new normal adalah melakukan protokol kesehatan ketika kita beraktivitas. Individu harus sadar dulu bahwa kita harus sehat dan aman, keluarga kita aman dan tempat kerja kita akan aman.
Bila sekolah ditutup angka kematian baru 0,1%, namun bila persekolahan dibuka bisa meningkatkan angka kematian dan kesakitan. Ini sangat beresiko sekali, karena apa? tingkat kepatuhan anak-anak khususnya usia dini hingga SMP untuk melakukan protocol kesehatan juga betul-betul mesti ekstra.
Di saat pandemi ini bagi dunia usaha dan organisasi, yang sangat penting bagaimana disini leadership harus kuat. Pemimpin harus sehat jiwa dan raga. Bagaimana bila staf ada yang PDP, nah bagaimana kebijakan seorang pemimpin. Ketika kepanikan saat pandemic itu pasti, namun yang harus itu kepemimpinan yang kuat. Bagaimana peran pemimpin membuat keputusan, bagaimana menyesuaikan cara bisnis kita dimasa pandemi ini, semua itu juga tergantung dari pemimpinnya.
Kesehatan harus toleran pada aspek sosial, keagamaan, ekologis dan ekonomi maka new normal menjadi pilihan untuk mewujudkan cita-cita besar sustainable development goal (SDG) yakni piramida kebahagiaan.
Bersahabat dengan pandemi, bagi saya ini kurang tepat, alasannya kita mau bersahabat, tapi pandemi ini mau nggak? Maka saya lebih menyebutnya dancing with covid, bagaimana kita menjaga keseimbangan untuk hidup berdampingan dengan pandemic ini. Bukankah saat ini kita juga berdampingan dengan HIV, Malaria, DBD, Difteri, TBC dan penyakit menular lainnya.
Ada beberapa hikmah dibalik pandemi yang terjadi saat ini. Ada keinginan yang kuat untuk kita saling berbagi, entah itu alat penunjang kesehatan, hand sanitizer, masker, sembako dan juga berbagi ilmu lewat edukasi.
Yang harus menjadi perhatian kita semua adalah bahwa kita sebenarnya belum siap untuk ke fase new normal, karena apa? Karena memang gelombang pertama dari pandemi ini belum selesai. Di beberapa negara di dunia data pandemi ini telah membentuk membentuk curva (melengkung ke bawah/cenderung flat). Di kita, Indonesia pandemi ini masih naik-naik ke puncak gunung.
Namun kita di dunia Kesehatan juga tidak hanya memandang fisik saja tetapi bagaimana aspek sosial, keagamaan, aspek ekonomi juga harus diperhatikan. Bagaimana bila ekonomi tidak berjalan juga artinya menimbulkan masalah juga. Makanya kita tidak bisa ego, namun bagaimana ekonomi berjalan tetapi protokol kesehatan juga dijalankan.
Pengertian Pandemi sendiri adalah wabah penyakit yang hampir diderita diseluruh dunia. Ini mengingatkan kita 100 tahun yang lalu ada flu spanyol. Sama seperti saat ini, waktu terjadi flu spanyol tindakan yang dilakukan juga mengenakan masker, jaga jarak dan stay at home. Juga ada bagian penting rencana apa yang harus dilakukan kembali ke suatu ke-normalan. Pada tahun 2008 saat krisis ekonomi melanda ada istilah the new normal yang menitikberatkan pada kebangkitan dari keterpurukan ekonomi.
Jadi new normal sendiri adalah bagian strategi khusus menghadapi pandemi dengan mengadakan perubahan kebiasaan/budaya individu dan institutusi. Perlu diingat kembali ada potensi gelombang 1, gelombong 2, dan bolak balik (multiple wave).
Kemarin kita melakukan stay at home, namun kurang ada edukasi terhadap perubahan prilaku terkait menghadapi pandemi ini yang menuntut kedisiplinan. Cara mengatasi pandemi ini sebenarnya mudah yakni dapat dengan sabun. Ini butuh kerendahan hati kita, tapi permasalahannya prilaku kita cuci tangan, jaga jarak, pakai masker, ini yang sulit atau belum menjadi kebiasaan atau budaya. Maka penting ada edukasi dan peran dari kita semua secara berkesinambungan.
Perlu diedukasi juga sebenarnya bagaimana sih covid 19 cara menularnya? bagaimana dunia usaha buka kembali? Bagaimana bila pendidikan buka lagi? Apa yang mesti disiapkan? Edukasi ini belum maksimal. Kita lihat orang beraktivitas tanpa masker, berkerumun artinya ini belum berhasil.
Fase new normal ini sebenarnya mengajak kita lebih bersih, lebih sehat dan lebih beradab. Tanpa kita sadari bahwa dengan pandemi ini, kita diajak untuk berubah agar melindungi diri kita dari virus atau penyakit yang lain, apakah itu flu, diare, difteri dan lain-lain, dengan apa? yakni dengan prilaku hidup sehat yang mungkin sebelum pandemi ini kita tidak terlalu perhatian.
New normal adalah bagaimana kita memotivasi diri kita, institusi kita, komunitas kita dan masyarakat kita. Misalnya untuk saat ini naik pesawat atau bepergian, jalan sana-sini, ke pusat keramaian, sebenarnya penting nggak? Ini kembali ke diri kita.
Mengapa new normal? Kita harus belajar dari ebola yang vaksinnya baru ditemukan 5 tahun belakangan. Nah kita tidak tahu kapan berakhirnya pandemi ini, sementara kehidupan kita juga harus berjalan, the live must go on.
Virus ini awalnya Zoonosis, ditularkan dari binatang misalnya kelelawar dan musang, pindah ke manusianya lewat ke pemasaknya lalu ke konsumen pemakannya. Kembali, hal ini mengingatkan kita bahwa makanlah hewan-hewan yang dipelihara, yang tak biasa ya harus menjadi perhatian kita. Kembali saya mengingatkan hidup bersih, hidup sehat dan hidup lebih beradab.
Tugas kita mari kita lewati pandemi ini dengan kurva yang flat dengan melakukan protokol kesehatan. (physical distancing, masker, cuci tangan). Siapa yang punya peran? ya kita semua. Garda terdepan adalah kita yang di masyarakat sebagai individu, bukan orang kesehatan artinya kita warga semua di lapangan itulah garda terdepan yang sebenar-benarnya. Orang kesehatan itu kalo udah ketemu kami berarti sudah di fase gawat. RS termasuk di kami, selama ini hanya disiapkan untuk disaster/kebencanaan. Kita belum siap bila kita berhadapan dengan pandemi ini. Bagaimana kita bekerja menyelamattkan orang dengan resiko terpapar yang tinggi.
Penting mengenali siapa sih musuh kita. Bagaimana karakteristik Covid 19 ini, bagaimana mengatasinya. Riset menunjukkan negara-negara yang tidak menggunakan masker peningkatan kasusnya tinggi, sementara negara yang disiplin menganjurkan warganya pakai masker, kurva pandemic ini lebih lambat.
Riset tentang jaga jarak juga misalnya, negara yang menerapkan jaga jarak tingkat infeksinya cenderung lambat dibandingkan negara yang tak terlalu disiplin menerapkan jaga jarak. Indonesia harus belajar dari hal ini. Bagaimana kita menjalankan bisnis tapi patuh dan disiplin pada protokol kesehatan.
Sistem kegawatan daruratan suatu daerah :
1. System surveilence harus valid
2. Sistem kesehatan bisa mendeteksi, tracing, isolating dan treatment
3. Seandainya bila kita gagal terjadi out break, negara siap tidak, belajar dari Italia maka RS akan mendahulukan/memprioritaskan pasien yang memiliki harapan hidup yang lebih tinggi saat terjadi out break.
4. Adanya infrastruktur protokol kesehatan yang disiapkan tempat cuci tangan, hand sanitizer face shield. Pastikan pekerja kita siap dan berprilaku sehat.
5. bagaimana me-manage kasus impor. Nah, sekarang kita sudah masuk transmisi lokal.
6. Masuk strategi new normal. Edukasi pada individu, komunitas dan institusi
Titik berat kita pada edukasi dan kampanye penerapan protokol kesehatan khususnya pada pencegahannya. Maka new normal adalah melakukan protokol kesehatan ketika kita beraktivitas. Individu harus sadar dulu bahwa kita harus sehat dan aman, keluarga kita aman dan tempat kerja kita akan aman.
Bila sekolah ditutup angka kematian baru 0,1%, namun bila persekolahan dibuka bisa meningkatkan angka kematian dan kesakitan. Ini sangat beresiko sekali, karena apa? tingkat kepatuhan anak-anak khususnya usia dini hingga SMP untuk melakukan protocol kesehatan juga betul-betul mesti ekstra.
Di saat pandemi ini bagi dunia usaha dan organisasi, yang sangat penting bagaimana disini leadership harus kuat. Pemimpin harus sehat jiwa dan raga. Bagaimana bila staf ada yang PDP, nah bagaimana kebijakan seorang pemimpin. Ketika kepanikan saat pandemic itu pasti, namun yang harus itu kepemimpinan yang kuat. Bagaimana peran pemimpin membuat keputusan, bagaimana menyesuaikan cara bisnis kita dimasa pandemi ini, semua itu juga tergantung dari pemimpinnya.
Kesehatan harus toleran pada aspek sosial, keagamaan, ekologis dan ekonomi maka new normal menjadi pilihan untuk mewujudkan cita-cita besar sustainable development goal (SDG) yakni piramida kebahagiaan.
Bersahabat dengan pandemi, bagi saya ini kurang tepat, alasannya kita mau bersahabat, tapi pandemi ini mau nggak? Maka saya lebih menyebutnya dancing with covid, bagaimana kita menjaga keseimbangan untuk hidup berdampingan dengan pandemic ini. Bukankah saat ini kita juga berdampingan dengan HIV, Malaria, DBD, Difteri, TBC dan penyakit menular lainnya.
Kita mesti optimis dulu, di sebuah institusi bagaimana mengontrol para pekerjanya dulu. Terapkan standar pencegahan dari masuk, ukur suhu, cuci tangan, pengunjung semua harus pakai masker, setiap habis kontak dengan pengunjung cuci tangan, kalo ada pekerja yang sakit sebaiknya istirahat karena bisa menurunkan imun diri sendiri dan pekerja lainnya, IT-cash less, serta harus serentak mengubah prilaku tiap individu dan institusi. ini harus menjadi budaya organisasi.
Bagaimana kita mengevaluasi manajemen resiko dan peninjauan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
Masa Pandemi ini saya menekankan tolonglah respect for sains, ada ungkapan ah kamu ini kaya nggak ber-Tuhan, ngga punya iman, takut sama covid dan lain-lain. Catatannya ilmu/sains menciptaklan akal budi yang juga merupakan anugerah dari Tuhan. Sains ini menyangkut keilmuan, bagaimana kita mengkaji prilaku/karakteristik penyakit ini seperti apa, pengelolaan datanya bagaimana, seperti apa penanganannya dll. Nah ini pentingnya ilmu pengetahuan.
Kita belajar misalnya dari data, yang beresiko bagi virus ini dapat menulari yakni di tempat yang sering disentuh misal kursi tunggu, meja pelayanan dll. Ini yang mesti mendapat perlakuan ekstra, disemprot/dilap dengan desinfektan misalnya. Jangan misalnya kita menyemprot jalan yang kita tahu virus itu dapat mati karena terpapar panas, belum lagi bicara efisiensi biaya. Makanya dari keilmuwan itu, data tempat yang berpotensi menularkan dan cara mengatasinya, ini yang menjadi penting.
Yang harus diantisipasi itu batuk, bersin berbicara. Maka penting kita selalu pakai masker, jaga jarak minimal 1 meter, yang sering disentuh oleh banyak orang dibersihkan. Cuci tangan, jangan kucek mata, karena covid 19 mudah masuk lewat lapisan mulkosa yang ada pada hidung, mata, mulut dan telinga.
Dapat juga di tempat kerja membuat atau membagi menjadi zona merah, kuning hijau berdasarkan potensi dan keseringan interaksi dengan orang lain atau pengunjung. Pekerja di zona merah harus di-screening dulu. Bagian ini sebaiknya jangan yang ada sakit-sakit bawaan misalnya asma, jantung, diabetes, hyper kolesterol, asam urat, hamil dll.
Kita juga mesti hati-hati kontak dengan orang yang terpapar. Jaga jarak, itensitas pertemuan/konsultasi/pelayanan, tidak jabat tangan. Tapi bila ada yang pingsan ya ditolong dulu, kemudian kita cuci tangan.
Catatanya di Ketapang terbatas sekali pelayanan kesehatan, bila ada outbreak ini yang bahaya. RS Rujukan ada 2 yakni RSUD Agoesdjam dan yang di BSM. Nah penting sekali kita sekali lagi berperan untuk disiplin melaksanakan protokol kesehatan.
Penting bagaimana memberi edukasi, motivasi, ketrampilan berprotokol kesehatan, desain ulang tempat kerja, serta tidak terlalu takut atau paranoid juga sehingga hal ini menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dan menjadi budaya individu dan organisasi.
Terima kasih dan selalu jalankan protocol kesehatan, selamat melayani, salam sehat buat semua.
dokter Indah-Ketapang, 13 Juni 2020
Materi ini disampaikan oleh dokter Indah sebagai bagian edukasi bagi seluruh elemen termasuk dunia usaha mengenai apa itu fase new normal, semoga bermanfaat. (ML-JWKS)