Foto: Suasana Pasar Sore Payakumang |
Iwan sore itu bersama adiknya telihat menyiapkan ikan-ikan yang akan mereka jual di pasar sore yang terletak di jalan Gatot Subroto atau orang lebih mengenalnya sebagai kawasan Payakumang. Beberapa jenis ikan sungai seperti toman, lais dan baong terlihat di lapak mereka.
“Agak sepi, mungkin orang takut ke pasar, tapi tetap adelah yang belanja”, ujarnya dalam logat Melayu yang kental.
Semenjak wabah covid-19 melanda memang diakui membawa dampak yang cukup terasa bagi para pedagang. Bahkan beberapa hari saat awal diumumkan pasien yang positif covid-19 di Ketapang, pasar sempat lengang.
“Sepi tapi berangsur-lah ramai lagi, tapi kan tetap waspada, takut dengan corona”, timpal Siti salah satu ibu yang berjualan sayuran.
Sejak wabah covid-19 melanda pihak pengelola pasar tak tinggal diam, mereka juga menyediakan fasilitas cuci tangan bagi pengunjung pasar. Bahkan pada awal Mei yang lalu tepatnya Sabtu 02 Mei 2020, para pedagang dilakukan rapid test. Hasilnya sebanyak 71 orang yang sering berkativitas di pasar sore menunjukkan hasil non reaktif.
Bertepatan dengan pertengahan Ramadhan ini, pasar terlihat kembali bergeliat. Terlihat pengunjung maupun pedagang masih banyak yang belum menggunakan masker. Tentu hal ini harus disosialisaikan terus menerus agar tumbuh kesadaran dari semua untuk menjaga dan meminimalkan potensi penularan covid-19.
Bukan tanpa alasan karena pasar merupakan sarana bertemunya antara penjual dan pembeli yang datang dari berbagai wilayah yang kita tahu Ketapang juga masuk satu dari tiga wilayah transmisi lokal di Kalimantan Barat yang berarti berpotensi penyebaran antar warga di Ketapang.
Tentu hal ini harus ditumbuhkan kesadaran warga untuk berperan dan berpartisipasi memutus rantai penyebaran covid 19 di Ketapang. Jaga jarak, penggunaan masker dan hand sanitizer serta sering mencuci tangan menggunakan sabun adalah beberapa hal yang harus menjadi kebiasaan bersama.
Makin sore, terlihat makin ramai. Banyak pengunjung yang juga membeli takjil yang dijual di kedai-kedai Ramdhan yang ada di lorong pasar. Iwan pun terlihat dengan cekatan melayani pembeli, namun tak semua dagangannya habis. “yang ndak habis, kita salai dan bisa dijual lagi”, pungkasnya.
Geliat ekonomi memang melambat, tapi itu tak membuat para pdagang untuk menyerah pada keadaan. Mereka tetap optimis untuk menuai harapan, walau mereka pun masih sangsi hingga kapan keadaan ini usai. Kita berharap tentu kondisi ini segera berakhir, semoga. (Id-JWKS)
“Agak sepi, mungkin orang takut ke pasar, tapi tetap adelah yang belanja”, ujarnya dalam logat Melayu yang kental.
Semenjak wabah covid-19 melanda memang diakui membawa dampak yang cukup terasa bagi para pedagang. Bahkan beberapa hari saat awal diumumkan pasien yang positif covid-19 di Ketapang, pasar sempat lengang.
“Sepi tapi berangsur-lah ramai lagi, tapi kan tetap waspada, takut dengan corona”, timpal Siti salah satu ibu yang berjualan sayuran.
Sejak wabah covid-19 melanda pihak pengelola pasar tak tinggal diam, mereka juga menyediakan fasilitas cuci tangan bagi pengunjung pasar. Bahkan pada awal Mei yang lalu tepatnya Sabtu 02 Mei 2020, para pedagang dilakukan rapid test. Hasilnya sebanyak 71 orang yang sering berkativitas di pasar sore menunjukkan hasil non reaktif.
Bertepatan dengan pertengahan Ramadhan ini, pasar terlihat kembali bergeliat. Terlihat pengunjung maupun pedagang masih banyak yang belum menggunakan masker. Tentu hal ini harus disosialisaikan terus menerus agar tumbuh kesadaran dari semua untuk menjaga dan meminimalkan potensi penularan covid-19.
Bukan tanpa alasan karena pasar merupakan sarana bertemunya antara penjual dan pembeli yang datang dari berbagai wilayah yang kita tahu Ketapang juga masuk satu dari tiga wilayah transmisi lokal di Kalimantan Barat yang berarti berpotensi penyebaran antar warga di Ketapang.
Tentu hal ini harus ditumbuhkan kesadaran warga untuk berperan dan berpartisipasi memutus rantai penyebaran covid 19 di Ketapang. Jaga jarak, penggunaan masker dan hand sanitizer serta sering mencuci tangan menggunakan sabun adalah beberapa hal yang harus menjadi kebiasaan bersama.
Makin sore, terlihat makin ramai. Banyak pengunjung yang juga membeli takjil yang dijual di kedai-kedai Ramdhan yang ada di lorong pasar. Iwan pun terlihat dengan cekatan melayani pembeli, namun tak semua dagangannya habis. “yang ndak habis, kita salai dan bisa dijual lagi”, pungkasnya.
Geliat ekonomi memang melambat, tapi itu tak membuat para pdagang untuk menyerah pada keadaan. Mereka tetap optimis untuk menuai harapan, walau mereka pun masih sangsi hingga kapan keadaan ini usai. Kita berharap tentu kondisi ini segera berakhir, semoga. (Id-JWKS)