“Ini anak Sukaria, ini Cempedak, ini Silingan, ini Klukub Belantak, mereka duduk di bukit sana dan memandang ke WHW”, keluar dari mulut kecil seorang anak disela-sela ia mewarnai gambarnya. Sebuah ungkapan yang memiliki sejuta arti dimana beberapa dusun yang disebutkan adalah wilayah yang bersinggungan dengan beroperasinya sebuah perusahaan tambang besar yang sering disebut orang sebagai Beijing.
Memang gambar sederhana tersebut layaknya misteri harapan empat anak yang duduk membelakangi dan melihat ke arah kerlap-kerlip kota modern yang terletak ditepi pantai dan kampung berbukit. Gambar itu sendiri adalah satu dari sekian gambar yang dhasilkan dari para anak-anak usia SD dan SMP di dusun Sukaria.
Mereka ikut kegiatan seni berkomunikasi dan belajar menggambar sementara itu ibunya sedang pelatihan memasak di dapur. Kegiatan itu sendiri adalah rangkaian kegiatan dari pelatihan bagi perempuan untuk mengolah makanan dari bahan baku lokal. Sengaja anak-anak juga dilibatkan karena memang pelatihan itu adalah implementasi dari pemberdayaan berbasis gender.
Masih kembali pada anak-anak tadi. Mereka begitu percaya diri ketika berbicara didepan teman-temannya. Ini potensi yang harus terus digali, bahkan mereka dapat mulai berbicara dengan beberapa kosa kata berbahasa Inggris. Ketrampilan ini tidak datang dengan sendirinya. Mereka banyak belajar dengan suster dari Kongregasi ACI yang ada di Sukaria.
Memang gambar sederhana tersebut layaknya misteri harapan empat anak yang duduk membelakangi dan melihat ke arah kerlap-kerlip kota modern yang terletak ditepi pantai dan kampung berbukit. Gambar itu sendiri adalah satu dari sekian gambar yang dhasilkan dari para anak-anak usia SD dan SMP di dusun Sukaria.
Mereka ikut kegiatan seni berkomunikasi dan belajar menggambar sementara itu ibunya sedang pelatihan memasak di dapur. Kegiatan itu sendiri adalah rangkaian kegiatan dari pelatihan bagi perempuan untuk mengolah makanan dari bahan baku lokal. Sengaja anak-anak juga dilibatkan karena memang pelatihan itu adalah implementasi dari pemberdayaan berbasis gender.
Masih kembali pada anak-anak tadi. Mereka begitu percaya diri ketika berbicara didepan teman-temannya. Ini potensi yang harus terus digali, bahkan mereka dapat mulai berbicara dengan beberapa kosa kata berbahasa Inggris. Ketrampilan ini tidak datang dengan sendirinya. Mereka banyak belajar dengan suster dari Kongregasi ACI yang ada di Sukaria.
“Mereka anak yang bersemangat, bagaimana kita terus memotivasinya, untuk hidup sederhana dan punya cita-cita” Ujar salah satu suster yakni suster Pinky.
Memang diakui pendidikan anak di Sukaria relatif mulai membaik dibanding 5-10 tahun yang lalu dimana banyak anak hanya tamat SMP. Namun saat ini ada beberapa anak sudah mulai berkuliah di perguruan tinggi. Hal ini mungkin sekaligus dapat meng-ilustrasikan gambar 4 orang anak yang duduk membelakangi seakan menunjukkan kami harus siap menjadi SDM yang berkualitas kelak.
Liputan :VD. Irwin Komunitas JWKS
 |
| Anak-anak dusun Sukaria menunjukkan karyanya |
 |
| Dengan semangat mereka menggambar sesuai dengan imajinasinya |
 |
| Gambar anak dari 4 Dusun yang membelakangi |
