Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.
Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (5–6% dari seluruh gempa dan 17% dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke Atlantika.
Secara histografi, Indonesia merupakan wilayah yang sering terjadi gempa bumi dan tsunami. Pasca meletusnya Gunung Krakatau yang menimbulkan tsunami besar di tahun 1883, setidaknya telah terjadi 18 bencana tsunami besar di Indonesia selama lebih dari satu abad (1900-2018). Terakhir adalah gempa dan tsunami yang terjadi di palu dan donggala.
Kalimantan beruntung bukan masuk dalam kawasan ring of fire tersebut. Hal ini tentu sebuah pertimbangan yang juga harus dipikirkan kembali berkenaan dengan wacana pemindahan ibukota Negara. Bagaimana factor rawan gempa juga harus menjadi dasar yang dipertimbangkan. (JWKS)
Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (5–6% dari seluruh gempa dan 17% dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke Atlantika.
Secara histografi, Indonesia merupakan wilayah yang sering terjadi gempa bumi dan tsunami. Pasca meletusnya Gunung Krakatau yang menimbulkan tsunami besar di tahun 1883, setidaknya telah terjadi 18 bencana tsunami besar di Indonesia selama lebih dari satu abad (1900-2018). Terakhir adalah gempa dan tsunami yang terjadi di palu dan donggala.
Kalimantan beruntung bukan masuk dalam kawasan ring of fire tersebut. Hal ini tentu sebuah pertimbangan yang juga harus dipikirkan kembali berkenaan dengan wacana pemindahan ibukota Negara. Bagaimana factor rawan gempa juga harus menjadi dasar yang dipertimbangkan. (JWKS)
0 Komentar